2.1.08

Khayalan Awal Tahun

Suatu hari seorang kawan datang dengan wajah murung. ”Pasti anak ini punya masalah,” batinku. Untuk memastikan dugaan, aku lantas bertanya, ”Ada masalah apa lagi?”

Tanpa menjawab, kawan ini langsung menyodorkan sebuah koran lokal. Terlihat nama dia tercetak di sana, di lembar opini. Spontan aku menjabat tangannya sebagai tanda ucapan selamat dan berkata, ”Hebat!”

Aneh. Kawan ini malah menatap curiga. Dia pun berkata, ”Hebat apanya? Baca nih?”

Aku mulai memelototi kata per kata yang ada di koran itu. Rupanya banyak kesalahan ketik dan kata tidak baku di koran itu. Aku mulai mengerti mengapa kawanku murung.

”Kamu merasa menulis seperti itu?” tanyaku.

”Itulah. Aku tak pernah menulis kata itu. Nah, tiba-tiba tercetak kata seperti itu. Bukankah di mata pembaca yang mengerti bahasa aku kelihatan bodoh banget? Masa lulusan Sastra Indonesia menulis artikel saja masih banyak pakai kata tidak baku dan banyak salah ketik?”

Aku meninggalkan kawanku. Beberapa menit kemudian, aku kembali ke hadapannya. Tangan kananku membawa kliping tulisanku di beberapa media. Tangan kiriku menjinjing beberapa buku yang kutulis.

”Lihat nih. Apa aku tidak terlihat jauh lebih bodoh di mata pembaca? Masa lulusan Sastra Indonesia dengan predikat cum laude menulis saja pakai kata sekedar, tolak ukur, dan standarisasi? Padahal, aku selalu pakai sekadar, tolok ukur, dan standardisasi,” kataku.

Mendengar hal ini, kawanku lantas tersenyum....

No comments: