Oleh Aliyah Purwanti
Kerinduan terhadap keadilan yang sangat jarang terpenuhi di negara ini diutarakan dalam bentuk puisi oleh para pengagum, sahabat, kaum tertindas yang pernah dibela, keluarga dan orang-orang yang terinspirasi oleh perbuatannya. Para penulis yang menyumbangkan karyanya: Asep Sambodja, Aliyah Purwanti, Anik Sulistyawati, Azizah Hefni Basilius, Andreas Gas, Bima Dirgantara Putra, Ben Abel, David C Nainggolan, Denny Ardiansyah, Dino F Umahuk, Djodi B Sambodo, Donny Anggoro, Eka Budianta, Emil Wahyudianto, Eko Sugiarto (Ugie), Frigidanto Agung, Had! Eko Suwono, Hartono Beny Hidayat, Hasan Aspahani , Henny Purnama Sari, Indrian Koto, Leo Kelana, Luka Muhamad, M Amin dr, Mega Vristian, Mila Duchlun, Muhammad Muhar, Naldi Nazir, Nanang Suryadi, Nining Indarti, Rini Fardhiah, S Yoga, Saeno M Abdi, Saut Situmorang, Seto Nur Cahyono, Setiyo Bardono, Sihar Ramses Simatupang, Sobron Aidit, St Fatimah, Stevi Yean Marie, Sutan Iwan Soekri Munaf, Titik Kartitiani, Ucup Al-Bandungi, Widzar Al-Ghifary, Viddy AD Daery, Widia Cahyani, dan Yonathan Rahardjo.
Buku yang disampulnya bertuliskan ”Nubuat Labirin Luka: Antologi Puisi untuk Munir” yang ditulis kecil-kecil membentuk siluet wajah munir ini diterbitkan oleh Aceh Work Group dan Sayap Baru. Buku setebal 144 halaman ini telah diluncurkan di Tenda Putih, Victoria Park, Hongkong (27/1/2005) dan baru diluncurkan di Jakarta pada bulan berikutnya. Buku ini mempunyai garis merah, yaitu perjuangan tiada henti Munir dalam membela kaum yang tertindas.
(Sumber:http://www.fordiasastra.com)
No comments:
Post a Comment