23.8.07

Buku Humor

Hari ini aku dapat kiriman dari penerbit. Dua buku kumpulan humor. Satu humor kiai, satu lagi humor pendeta.

Ide menyusun kumpulan humor sebenarnya sudah muncul sejak masa kuliah. Ketika itu aku ikut mata kuliah Folklor Indonesia. Bagian yang paling kusuka dari mata kuliah ini adalah bahasan soal kepercayaan tradisional (termasuk soal hantu, mantra, dan perdukunan di masyarakat tradisional). Selain itu, aku juga menyukai materi humor lisan dari berbagai kalangan dan lapisan, baik humor antarsuku, humor antaragama, hingga humor politik. Ide untuk mengumpulkan berbagai humor pun muncul dalam benakku. Namun, ide ini tertunda karena berbagai hal.

Kira-kira setahun lalu, aku kembali membuka-buka catatan kuliah. Salah satu kebiasaan yang kulakukan untuk mencari inspirasi. Aku hanya senyum-senyum sendiri ketika membaca catatan mata kuliah Folklor Indonesia. Akhirnya kubulatkan tekad untuk menyelesaikan buku kumpulan humor. Semangatku kian membara saat suatu malam aku menghabiskan waktu hampir semalam suntuk di Kota Solo bersama seorang kawan yang asli Solo, seorang kawan dari Surabaya, dan seorang lagi dari Semarang. Pasal, dalam kelakar dan obrolan kami yang hampir semalaman itu beberapa kali terlontar humor, di antaranya adalah humor agama. Setelah berpikir berulang-ulang, akhirnya kuambil tema besar humor agama untuk dijadikan sebuah buku.

Beberapa bulan berjalan aku mengumpulkan bahan. Humor-humor tentang agama kutulis ulang dengan gaya bahasaku sendiri. Akhirnya jadilah sebuah naskah yang kuberi judul Bhineka Tunggal Canda: Kumpulan Humor Lintas Agama. Lantas naskah itu kukirim ke penerbit.

Sambil menunggu nasib naskah tersebut, aku menulis naskah yang lain. Eh, belum genap dua bulan, aku dapat kabar bahwa naskah humor itu akan diterbitkan. Namun, ada satu syarat. Aku mesti memecah itu naskah jadi dua. Dan revisi pun kulakukan.

Ternyata naskah yang kurevisi masuk kategori tipis alias kurang tebal. Aku sempat bimbang. Apakah aku harus memasukkan koleksi humor yang masih kumiliki? Setelah kupikir-pikir, aku tak jadi memasukkan koleksi humor yang masih kupunya karena kuanggap terlalu sensitif. So, aku putuskan naskah humor revisi tetap kupertahankan ketebalannya. Untuk menambah koleksi humor agar buku tidak terlalu tipis, ternyata pihak penerbit mau mengusahakan tambahan beberapa humor. Trim’s Mas dan Mbak dari pihak penerbit yang telah mengusahakan dengan susah-payah sehingga dua naskah kumpulan humor bisa terbit dalam bentuk sekarang ini. Salam….

No comments: