27.12.07

Khayalan Akhir Tahun

Sebuah target telah tercapai. Selesai sudah tugasku untuk menulis sebuah naskah. Meskipun tipis, sebuah naskah telah kurampungkan sebelum tahun 2008 datang. Sebuah permainan telah kuakhiri.

Aku mulai mengkhayal. Suatu hari sebuah penerbit menghubungiku menyatakan bahwa mereka siap menerbitkan naskahku. Aku juga bayangkan bahwa orang dari penerbit yang menghubungiku adalah seorang perempuan (karena biasanya memang seperti ini). Via telepon dia menawarkan bentuk kerja sama, jual putus atau royalti. Lantas aku katakan bahwa aku memilih sistem royalti.

Suara di seberang lantas menyatakan persetujuan. Suara itu juga memintaku segera mengirim data digital naskah. Aku katakan bahwa aku akan mengirimnya dalam minggu ini. Pikiranku pun lantas berusaha mencari waktu yang tepat untuk membeli CD kosong buat menyimpan naskah yang akan kukirim. Maklum, stok di rumah sepertinya sudah habis. He… he… he….

Terbayang kini sebuah amplop berisi naskah perjanjian penerbitan yang mesti kupelajari dan kutandatangani. Terbayang juga sebuah buku mungil bakal mengisi salah satu rak di toko buku pada tahun 2008.

”Kamu kelihatan begitu yakin dengan khayalanmu?” kata sebuah suara tiba-tiba. ”Padahal, belum juga naskah itu kamu kirim ke penerbit. Aku masih melihatnya tergeletak di lemari kamarmu siang tadi,” lanjut suara itu.

”Lho, apa aku tak boleh yakin dengan khayalanku? Toh mengkhayal tak mengganggumu? Lagian, mumpung mengkhayal masih gratis, kenapa kita tidak mengkhayal sepuasnya? Mau yakin atau tidak dengan khayalanku, itu juga urusanku. Kenapa juga kamu ikut campur? Toh aku mengkhayalkan sesuatu yang sebagian sudah nyata, sebuah naskah yang sudah berwujud. Aku membayangkan nasib naskahku dan ini tidak ada urusannya denganmu,” kataku sembari meninggalkan suara itu tanpa memedulikan apakah dia tersinggung atau tidak.

2 comments:

Anang, yb said...

Kenapa nggak terbitin sendiri mas?
Yk kan gudangnya penerbit indie?
Setahuku, harga sebuah buku bernilai lima kali lipat dari ongkos produksi, jadi kalau emang bukunya menggelitik, mustinya nggak bakal rugi.
Pemasarannya bisa nitip ke perusahaan macam Agromedia..

Anonymous said...

Yup, sempat terpikir buat nerbitin sendiri. Cuman waktu tuh yang masih sulit buat ngurusin segalanya. Lagian, skrang aku di Semarang, gak lagi di Jogja. Mungkin kelak suatu hari kalo dah siap segalanya. Trim's atas komennya. salam....