22.12.09

Kirim Naskah Lewat Pos

Pagi tadi sebelum mengantar anak ke sekolah, aku sempat mampir ke kantor pos untuk mengirim naskah terakhir tahun ini. Meskipun sudah ada surel (surat elektronik ato bahasa kerennya e-mail), sampai saat ini masih saja aku lebih mantap mengirim naskah lewat jasa pos (lebih-lebih jika akan menjajal sebuah penerbit yang belum kukenal). Jika naskah sudah selesai dinilai oleh penerbit dan dinyatakan diterima, baru aku kirim lewat e-mail. Itu pun jika penerbit tidak keberatan karena beberapa penerbit masih memilih menerima naskah yang tersimpan di cakram digital (CD). Kalau memang semacam itu yang diinginkan penerbit, aku pun (lagi-lagi) harus ke kantor pos untuk mengirim cakram digital itu ke penerbit.

Sempat seorang kawan bertanya mengapa aku lebih memilih kirim naskah lewat jasa pos (lebih-lebih ke penerbit yang belum kukenal), tidak pakai surel? Bukankah kalo mau memanfaatkan teknologi surel akan lebih praktis?

Aku hanya tersenyum. Lantas berkata bahwa aku lebih mantap kirim naskah lewat jasa pos karena bisa kita pantau hari ini posisi kiriman kita sampai di mana. Ya, cukup dengan memasukkan nomor kiriman di kolom “Lacak Kiriman” yang ada di situs web Pos Indonesia, aku tahu posisi naskah yang kukirim sampai di mana. Bahkan, ketika naskah sampai ke penerbit, lewat fasilitas itu aku bisa tahu bahwa naskahku diterima oleh X pada hari dan tanggal tertentu.

Dengan informasi tersebut, suatu ketika jika beberapa bulan setelah waktu pengiriman ternyata tak ada kabar dari penerbit dan aku perlu konfirmasi nasib naskah, aku tinggal sebutkan informasi yang kuperoleh dari situs web Pos Indonesia tersebut. Aku bahkan bisa katakan bahwa naskah kukirim tanggal sekian bulan sekian, sampai di kota tujuan tanggal sekian bulan sekian, bahkan sampai di penerbit tanggal sekian bulan sekian diterima oleh orang bernama X dengan jabatan Y. Cukup lengkap, bukan?

Dengan demikian, tidak ada alasan lagi bagi penerbit (yang mungkin berniat “nakal”) mengatakan merasa tidak atau belum menerima naskah yang aku kirim. Tak apalah keluar sedikit biaya, pikirku. Toh demi sebuah kemantapan dan keamanan. Nah, lho.

No comments: